Kamis, 22 Juli 2010

Dongeng Tentang Anak Musang

Harian Bernas Jogja
Minggu, 18 Juli 2010


Cerita : Ali Puspa Edi

Ada seekor Musang Janda, punya seekor anak bernama “Luwik “. Suatu hari musang betina berpamitan ke anaknya “Luwik“ untuk pergi ke pasar, sudah menjadi kebiasaan musang betina setiap hari pergi ke pasar, mencari makanan untuk anaknya yang masih kecil. Sore harinya ia pasti pulang dengan membawa makanan bagi anaknya.
Hari itu sudah menjelang matahari terbenam, Musang Betina tidak kunjung pulang, Luwik terus menanti. Sampai malam tiba tidak juga Pulang, Luwik terus menangis sambil memanggil-manggil Induknya, ia berkata “ibu pergi ke pasar kenapa nggak pulang-pulang..., Ibu....,” Si Luwik terus menangis hingga pagi, bahkan sampai siang terus memanggil-manggil Induknya.
Tangisan si Luwik itu, terdengar pamannya Tawon Kumbang, pamannya datang menghampiri si Luwik sambil bertanya “Ada apa Luwik... Kamu kok menangis terus”, diamlah...! “Paman... ,kemarin ibuku bilang akan pergi kepasar, tapi sampai sekarang tidak pulang, “kata Luwik.
“Diamlah, nanti Ibumu akan segera pulang. Ini aku buatkan kamu sebuah seruling. Bisakah kamu membunyikan seruling ini? Coba aku ajari ya.”
Ketika Pamannya meniup seruling, Luwik mendengar bunyi yang lucu “Sri ali-ali dongengane luwak luwik unine Brengkoteplok unine brengkotteplok “
“ini serulingnya, bunyikan sendiri ya..sambil menanti ibumu pulang! saya akan pergi , jangan menangis lagi..Pinta Pamannya
Ketahuilah bahwa sebenarnya seruling dari pamannya itu terbuat dari tulang paha Induknya Luwik sendiri, tapi oleh Pamannya dibuatkan seruling sedemikian baiknya, agar Luwik tidak tahu bahwa seruling itu berasal dari tulang paha induknya.
Setiap hari Luwik terus membunyikan serulingnya, sampai ia lupa pada Induknya. Ketika Luwik sedang membunyikan serulingnya, terdengar seekor kera putih yang ada diatas pohon. Ia tertarik suara merdu seruling luwik. Lalu ia mendekati dan merayu Luwik agar dipinjami seruling. Namun Luwik tidak mau memberikan serulingnya, Si Kera Putih terus membujuk dan merayu luwik agar dipinjami untuk membunyikan serulingnya itu, “sebentar saja” rayu si kera putih. Berkat bujukan serta rayuannya, akhirnya serulingnya diberikan kepada kera putih. Dengan catatan boleh dibunyikan tapi tidak boleh dibawa lari.
Namun bagaimana kenyatannya? setelah serulingnya diberikan. Luwik terlena tidak memperhatikan ke arah kera putih. Akhirnya si kera putih membawa lari seruling luwik naik keatas pohon yang besar sambil mengejek dan membunyikanya.
Luwik akhirnya teringat lagi pada Induknya, ia terus memanggil-manggil induknya, Tangisan Luwik terdengar pamannya Tawon Kumbang, yang kemudian mendekat dan berkata “ kenapa Luwik, kamu kok menangis lagi? Kemana serulingmu? “serulingku direbut oleh si kera putih, dan dibawa lari keatas pohon besar itu, “kata si luwik sambil menunjuk keatas.
“Diamlah, akan aku mintakan serulingmu dari si kera putih itu, “kata Pamannya.
Tawon Kumbang memanggil anak buahnya serta teman-temannya dan berkumpul banyak sekali. Lalu tawon-tawon tersebut mencari kera putih. Setelah ketemu, mereka ramai-ramai menyengatnya, sehingga badan kera putih melepuh besar, ia tak kuasa menahan sakit, dan seruling pun luwik jatuh kebawah. Di ambilnya seruling itu oleh Pamannya dan diberikan kepada luwik. Luwik pun langsung diam tidak menangis lagi. Pamannya beserta tawon-tawon yang lain berpamitan untuk segera pergi. Kera Putih itupun menangis keras-keras sambil menahan sakit diatas pohon besar.
. Tindakan Kera putih tersebut memberi contoh pada kita semua, barangsiapa berbuat jahat, dia akan menerima balasannya.(Penulis tinggal di Ngawi Jawa Timur)